Minggu, 05 Juni 2011

garam morh



BAB I
PENDAHULUAN

A.  latar Belakang
Dikenal ada dua jenis garam, garam asam dan garam rangkap. Garam asam merupakan garam yang berasal dari asam dimana sebagian atom H diganti dengan gugus asam.garam rangkap merupakan yang berbasa dua atau lebih dimana atom hanya diganti dengan berbagai logam.[1]
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi. Hal ini yang melatarbelakangi d lakukannya percobaan ini.[2]
A.  Rumusan Masalah
Bagaimana cara pembuatan garam mohr dan warna apa yang dihasilkan kristalnya pada hasil akhir pembuatan garam mohr ?
B.  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu, untuk mengetahui teknik pembuatan garam Mohr
C.  Manfaat pembuatan garam mohr
Garam mohr banyak digunakan dalam bidang kimia analitik, yaitu dalam analisis volumetri, untuk membakukan larutan kalium permanganat atau kalium bikromat.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Besi (Fe)
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535 derajat celcius. Jarang terdapat besi komersial yang murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karida, silisila, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.[3]
Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO­2) sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan. Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3), dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset.[4]
Besi murni cukup reaktif dalam udara lembab cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida ( ), berkarat yang tidak sanggup melindungi karena zat itu hancur  dan memberi permukaan logam  porifer yang logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dimulai dari unsur ini tidak terdapat tingkat oksidasi yang sama dengan jumlah total elektron kulit valensi, yang dalam kasua ini adalah delapan. Tingkat oksidasi tertinggi adalah VI dan jarang dijumpai. Bahkan tingkat oksidasi trivalensi yang menonjol pentingnya pada kromium, sekarang turun menjadi tingkat divalensi. Besi adalah logam yang kedua melimpahnya, sesuai Al dan unsur keempat yang paling melimpah dalam kulit bumi. Teras bumi dianggap terutama terdiri atas  besi (Fe) dan nikel (Ni). Biji yang utama adalah hematite ( ), magnetite ( ), limonite FeO(OH) dan siderite FeC . Besi murni cukup reaktif dalam udara lembap cepat teroksidasi memberikan besi(III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini hancurdan membiarkan permukaan logam yang baru, terbuka.[5]
Besi yang sangat halus bersifat pirofofat logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh . Dengan adanya udara atau bila digunakan HN  encer panas, sejumlah besi menjadi . Media pengoksidasi yang sangat kuat seperti HN  pekat dan asam-asam yang mengandung dikromat membuatbesi pasif. Air bebas udara dan larurtan encer   bebas udara memiliki sedikit efek, tetapi besi diserang oleh NaOH pekat panas. Kimiawi stereo senyawa besi adalah sebagai berikut:
 oktohedral seperti dalam FeOH , Fe(H
 Fe  Fe , Fe
Ion ferro  {Fe } memberikan garam berkristal, garam mohr {Fe O} cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku  bagi analisis volumetri dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya  besi(II) sulfat(Fe O) secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara.[6]
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh FeII. Dengan adanya udara atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe (III). Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.[7]
Pemisahan pasir besi dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menggunakan mekanik separator, dengan cara ini dihasilkan konsentrasi pasir besi. Selanjutnya dengan menambahkan bahan pengikat dan memanaskan kuat, konsentrasi pasir besi dijadikan butiran besi (pellet). Pellet ini dapat dibentuk menjadi besi setengah jadi (billet). Pemisahan besi dilakukan dengan mereduksi besi oksida menggunakan kokas dalam tanur. Besi yang diperoleh mengandung 95% Fe dan 3-4% O, serta sedikit campuran besi kasar lantakan (pigiron). Besi tuang diperoleh dengan menuangkan besi kasar dan rapuh dan hanya digunakan jika tidak menahan getaran mekanik atau panas misalnya pada mesin dan rem . Suatu bahan yang digunakan dalam proses peleburan besi yaitu biji besi, batu kapur (CaCO3) dan kokas(C).[8]
Semua dimasukkan dari atas menara. Pada bagian bawah dipompakan udara yang mengandung oksigen. Salah satu kereakitfan besi yang merugikan secara ekonomi adalah korosi, penyebabnya adalah udara dan uap air membentuk Fe2O3. Bilangan oksidasi besi adalah +2 dan +3, tetapi umumnya besi (II) lebih mudah teroksidasi spontan menjadi besi (III). Oksidasi besi yang telah dikenal adalah FeO, Fe2O3, dan Fe3O4. Oksidasi FeO sulit dibuat karena terdisproporsionasi menjadi Fe dan Fe2O3.[9]
Adapun sifat-sifat yang dimiliki dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat dalam udara lembab dengan terbentuknya karat (Fe2O2.nH2O), yang tidak melindungi besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka dari itu biasanya besi di tutup dengan lapisan logam zat – zat lain seperti timah, nikel, seng dan lain – lain. Suatu besi jika dalam keadaan pijar besi dapat menyusul O dan H2O (uap) dengan membentuk H2 dan Fe3O4. Sedangkan jika di pijarkan di udara, besi akan membentuk Fe2O3 (ferri oksida) dan menggerisik, serta jika suatu besi tidak termakan oleh basa, besi dapat larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida dengan membentuk H­2, asam sulfat pekat tidak memakan besi. Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat. Jika diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H2O, hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering, air hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru turnbull, jika direaksikan dengan heksasianoferrat (III). Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.[10]
Senyawa kompleks seperti besi(II)sufat (Fe  sudah dikenal sejak abad ke-10.bila larutan  Fe  direaksikan dengan  dan dibiarkan mengkristal, maka diperoleh kristal Fe  yang berwarna hijau muda. Untuk menguji besi biasanya digunakan ammonia yang akan menghasilkan warna hijau muda.Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535 derajat celcius. Jarang terdapat besi komersial yang murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karida, silisila, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.[11]
B. Amoniak (NH3)
Larutan amoniak disini berfungsi sebagai ligan yang mempunyai sebuah orbital yang terisi (elektron tak berpasangan) untuk interaksinya dengan logam, bentuk komplek koordinasi yang klasik dengan logam. Mereka bergabung hanya dengan interaksi elektron ligan dengan orbital d,s, atau p yang kosong dari logam. Ligan ini adalah basa lewis, dan logam adalah asam lewis. Ikatan ini dibentuk dari rotasi simetrik diatas sumbu logam dengan ligan dan digambarkan sebagai suatu ikatan. Ligan unidentat,mereka diikat pada logam melalui ligan atom tunggal. Mereka mempunyai polarisabilitas yang kecil dan lemah dan ikatan yang lemah untuk transisi.[12]
C. asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat adalah bahan kimia yang diproduksib dalam jumlah besar di duni. Manfaatnya berkisar mulai dari pengolahan logam sampai produksi obat-obatan dan manufaktur  pupuk. Penggunaan-penggunaan baru asam ini merangsang pencarian cara-cara baru untuk memproduksinya dengan menurunnya harga, penggunaan-penggunaan lebih lanjutu ini ditemukan dan dieksploitasi. Dari tahun 1750 sampai 1900, harga asam sulfat menurun secara tunak dan jumlah yang diproduksi tumbuhan dengan  sangat cepat. Rangsangan mutual antara penggunaan baru dan proses baru ini merupakan pertanda industri kimia, bahkan sampai sekarang dan kisa tentang asam sulfat adalah contoh yang baik untuk menggambarkannya. Asam sulfat mungkin pertama kali dihasilkan oleh alkimiawan yang memanaskan viriol hijau kristalin, atau besi(II) sulfat heptahidrat.[13]
Asam sulfat merupakan salah satu asam kuat yang mempunyai banyak fungsi antara lain :
1. Berfungsi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
2. Pembuatan pupuk amonium sulfat (ZA) dan asam fosfat (H3PO4).
3. Pemurnian minyak tanah.
4. Menghilangkan karat besi pada industri baja sebelum bajanya dilapisi tanah atau seng.
5. Pembuatan zat warna.
6. Industri tekstil, cat, plastik, akumulator (aki) dan bahan peledak. Pada praktikum ini asam digunakan untuk mengoksidasi logam besi (Fe) menjadi ion Fe2+. Kemudian ion Fe2+ akan bergabung dengan ion sulfat (SO42-) menjadi garam besi sulfat. Garam besi sulfat ini adalah garam terpenting dari semua garam besi. Dalam skala besar garam sulfat ini dapat dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara yang mengandung air.[14]
D.  Garam Morh
Menurut svehla dan harjadi, 1990. dikenal 3 macam metoda argentometri, yaitu : metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans.

1.    Metode Mohr
          Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
2 + 2CrO - 2HCr  2  + O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.[15]
2. Metode Volhard
Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe (III) sebagai indikator adalah contoh metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, Ag(CNS) terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap (FeCNS +. Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana basa  akan terhidrolisis. AgN  yang ditambahkan berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl. Sehingga :
AgCl + CNS- AgCNS +
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang.[16]
3.    Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan.[17]
Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai hidrat. Jika diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan parsial H2O, hidrat dapat terjadi dalam warna-warna yang berbeda. Pada udara kering, air hidrat lepas dan padatan berangsur-angsur berubah warna menjadi merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru turnbull, jika direaksikan dengan heksasianoferrat (III). Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari besi (II) oksida , FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.[18]
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi. Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam mohr (NH4)2SO4. Fe(H2O)6SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning cokelat bila dibiarkan dalam udara.[19]














BAB III
METEODOLOGI PERCOBAAN

A.  Waktu dan Tempat
       Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari / tanggal              : Senin,18 April 2011
Waktu                         : 08.00 WITA – Selesai
Tempat                        : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan
  Teknologi, Universitas Islam Alauddin Makassar, Samata-
Gowa.
B.  Alat dan Baha
  Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Alat
a.       Neraca analitik                                  1 Buah
b.      Pemanas  hot plate                           1 Buah
c.       Erlenmeyer   250 mL                       1 Buah
d.      Gelas kimia 500 mL                        1 Buah
e.       Gelas kimia 300 mL                         2 Buah
f.       Pipet Volume 25 mL                        1 Buah
g.      Pipet skala 5 mL                               1 Buah
h.      Gelas Arloji                                     1 Buah
i.        Corong                                             1 Buah
j.        Bunsen                                             1 Buah
k.      Kaki tiga                                          1 Buah
l.        Spatula                                             1 Buah
m.    Batang pengaduk                            2 Buah
n.      Pipet tetes                                        2 Buah
o.      Botol semprot                                  1 Buah
2.      Bahan
a.    Aquadest O
b.    Asam sulfat,  10%  64 mL
c.    Amonia,  8%
d.   Kertas saring 0,8579 g
e.    Kertas Lakmus Merah dan Biru
f.     Serbuk besi 2 g
g.    Spiritus
C.  Prosedur kerja
        Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.    Menimbang 2 g serbuk besi atau paku dan larutan dalam 30 mL  10%
2.    Memanaskan hingga hampir semua besi melarut (mungkin sulit untuk melarutkan besi).
3.    Menyaring larutan ketika dalam keadaaan masih panas.
4.    Menambahkan sedikit asam sulfat pada filtrate dan uapkan larutan sampai terbentuk kristal di permukaan larutan (disebut larutan A)
5.    Menetrakan 30 mL  10% dengan ammonia, kemudian uapkan larutan ammonium sulfat yang terbentuk sampai jenuh (disebut larutan B)
6.    Mencampurkan larutan A dan larutan B masing-masing dalam keadaan panas, setelah itu diinginkan
7.    Setelah dingin, maka akan terbentuk kristal yang berwarna hijau mudah
8.    Garam mohr yang murni dapat diperoleh dengan cara melarutkan kembali dalam sedikit mungkin air panas, kemudian dibiarkan mengkristal
9.    Menimbang garam mohr dan melaporkan hasilnya.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil pengamatan
        Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.              Larutan A
 2 g Fe +  30  mL  10%    larutan Fe  +
                                                                                                        (warna hitam)
Larutan hijau +  10%  larutan hijau.
b.             Larutan B
30 mL  10% +    
                                               (warna bening)
Larutan bening   larutan bening
Jadi, larutan A + laruitan B  larutan hijau mudah   kristal  kristal mohr  garam mohr murni
Berat kaca arloji = 43,535 g
  Berat kertas saring = 0,8579 g           
  Berat total = 47,638  g
Berat garam mohr = berat total – (berat kertas saring + berat kaca arloji)
                                = (47,638 g – (0,8579 g – 43,638 g))  = 3,1421 g
B.  Reaksi
1.      Fe +  Fe  +
 +    
2. Fe  +       Fe 6 O
C.  Analisa Data
a.       Fe  +   ~   Fe 6 O
        0,1790                                    0,1790
 
c.       Dik: Berat garam mohr  =  3,1421 g
        Massa besi              =  2 g
        BA besi                  =  55,85 g/mol
              BM mohr                =  392 g/mol
 Dit:
             mol Fe  = 

                         =

                         =  0,0358 mol
  Massa garam mohr teori = mol garam mohr x BM garam mohr
                                         = 0,0358 mol x 392 g/mol
                                         = 14,0336 g
  Berat rendement   =  x 100%
                                            =  x 100%
                                = 0,223898  x  100%
                                = 22,3898 %


D.  Pembahasan
       Garam morh merupakan garam rangkap yang terbentuk dari reaksi besi dengan asam sulfat dan larutan amonia. Garam morh dapat diperoleh dari besi yang dilarutkan dalam asam sulfat ( ) 10%, berwarna abu-abu kehitaman. Pada saat proses pencampuran,  akan menguap dan endapan yang berupa besi akan melarut, dimana asam sulfat bersifat asam kuat. Setelah  semuanya menguap, maka akan terbentuk garam besi (II) sufat (Fe , besi(II)sulfat(Fe ,  yang terbentuk kemudian dipanaskan agar semua besi dapat larut, tetapi semua besi yang dipanaskan tidak semuanya dapat larut, dikarenakan pelarut yang digunakan mempunyai konsentrasi rendah, Sehingga larutan hanya berubah menjadi hijau. Kemudian garam besi (II) sulfat (Fe , yang dipanaskan disaring dengan menggunakan kertas saring dalam keadaan panas sehingga menghasilkan filtrat yang jernih berwarna hijau kekuning-kuningan dan besi yang tidak ikut bereaksi bersama kotoran-kotoran lain akan tersaring pada kertas saring tersebut. Filtrat yang didapatkan ditambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat agar sisa besi dapat melarut semua dan kemudian dipanaskan kembali, kemudian didingikan atau diupkan sampai terbentuk kristal kasar berwarna biru muda disebut larutan A. reaksi yang tebentuk adalah :
Fe +  Fe  + .
        Pada larutan kedua, yaitu larutan B yang terbentuk dari asam sulfat  10% yang dinetralkan dengan larutan amonia (NH3), campuran ini berupa larutan jernih yang panas. Kemudian dilakukan pengukuran pH dengan menggunkan kertas lakmus merah biru, yang jika kertas lakmus merah ditotolkan pada larutan tersebut dan kertas lakmus tidak mengalami perubahan maka itu artinya larutan tersebut dalam keadaan netral dengan pH 7, hal ini dilakukan dikarena reaksi antara kedua reaktan merupakan reaksi netralisasi. Kemudian larutan ini diuapkan hingga jenuh sampai timbul endapan-endapan kristal disebut larutan B. reaksi yang terjadi
 +   .
        Garam morh dapat dibentuk dengan cara mencampurkan larutan A dan larutan B dalam keadaan masih panas, kemudian dipanaskan kembali sampai larutan jenuh, hal ini bertujuan agar dapat terbentuk endapan, karena endapan terbentuk dengan larutan terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan, maka akan dihasilkan larutan berwarna hijau muda dengan endapan putih. Untuk memperoleh kristal garam morh, maka dilakukan pendinginan beberapa hari sehingga terbentuk kristal garam. Setelah didinginkan, larutan tersebut disaring sehingga diperoleh kristal garam mohr. Dimana reaksi yang terjadi :
Fe  +       Fe 6 O.
       Adapun hasil yang diperoleh dalam penentuan garam morh secara teori didapatkan berat sebesar 14,0336 g. Sedangkan berat garam morh yang diperoleh pada saat percobaan yaitu 3,1421 g dari data yang diperoleh, maka dihasilkan rendement garam morh adalah 22,3898 %. Bentuk kristal garam morh adalah monoklin dengan warna putih.
Gambar kristal garam Morh
















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
         Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu, tekhnik pembuatan garam mohr dilakukan dengan cara kristalisasi. Berat garam Morh secara teori diperoleh sebesar 14,0336 gram sedangkan berat garam morh  praktek diperoleh hasil sebesar 3,1421 gram dengan rendement adalah sebesar 22,3898 %.
B.  Saran
       Adapun saran pada percobaan ini yaitu, sebaiknya dalam percobaan ini di gunakan besi yang lebih halus agar lebih cepat larut dan dapat menghasilkan kristal garam yang lebih banyak jika banyak pula besi yang larut.













DAFTAR PUSTAKA

Annisa Syabatini, PS S-1Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Budi, dkk. 2010. Sistem kristal monoklin. www.scribd.com. (14 April 2011).
Cotton and Wikinson. Kimia Anorganik Dasar. UI- Press. Jakarta. 1989.

Eko Cahyono, 15 Juni 2010. Pembuatan Garam Morh, http://www.ilmukimia.com. (14 April 2011).

Faza, Garam morh, 7 November 2010, http://www.mivt’s blog. Com. (14 April 2010).

Gillis, oxtoby. Edisi ke empat, jilid 2. Prinsip-prinsip kimia moderen. Bandung:Erlangga.

Harjadi, W. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga.1989.
Svehla, G. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. Jakarta :  PT Kalman Media Pusaka. 1990.











Lampiran Pembuatan Larutan
a.       Pengenceran HSO4 98 %
Diketahui  :
   pekat 98%
  =  10%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar