Rabu, 08 Juni 2011

anodasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aluminium adalah logam yang ringan, keras, mengkilap, tidak beracun dan mudah ditempa. Logam ini reaktif dan mudah bereaksi dengan oksigen dari udara membentuk film/lapisan oksidannya yang membungkus badan logam aluminium sehingga menghalangi oksidasi lebih lanjut dan tahan karat. Aluminium dan oksidanya bersifat amfoter. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki logam aluminium ini, sehingga aluminium banyak dipakai sebagai bahan konstruksi bangunan, automobil, bahan perabot dan lain-lain. Aluminium adalah logam terbanyak pada kulit bumi. Biji-biji logam aluminium yang utama adalah bauksit (Al2O3.2H2O).
Pada percobaan ini dilakukan proses anodasi untuk melindungi logam aluminium dari perkaratan dengan cara mempertebal lapisan oksidasinya secara elektrolisis. Aluminium yang dianodasi ini mempunyai ketebalan lapisan 0,01 mm dan lapisan oksida setebal ini mampu menyerap warna/zat warna sehingga permukaan logam dapat diwarnai. Pada proses “anodasi” ini, logam aluminium dipasang sebagai anoda, karbon/grafit sebagai katoda dan dipakai elektrolit larutan asam sulfat.


B. Rumusan Masalah
Rumsan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara melindungi logam aluminium (Al) untuk mempertebal lapisan oksidasnya?

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nama aluminium (Al) diturunkan dari kata alum yang menunjukkan pada senyawa garam rangkap. Kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang artinya garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan dengan nama aluminium (Al) dan kemudian berubah menjadi aluminium (Al). Namun, nama inipun segera termodifikasi menjadi aluminium yang populer di seluruh dunia kecuali di Amerika Utara tempat American Chemical Society (Himpunan Masyarakat Kimia Amerika) pada tahun 1925 memutuskan tetap menggunakan istilah aluminium (Al) di dalam publikasinya.
Aluminium (Al) adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa. Bubuknya berwarna abu-abu. Aluminium (Al) melebur pada 659 oC. Bila terkena udara, objek-objek aluminium (Al) teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida aluminium dapat melindungi objek dari oksida lebih lanjut.
Logam aluminium dengan konfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawaannya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara, karena bereaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya yang membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lebih lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-4-10-6 mm sudah cukup mencegah terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionik (124 ppm) tidak jauh dari jari-jari metalik logam aluminium (143 ppm). Akibatnya kemasan permukaan hampir tidak berubah karena jari-jari ion aluminium (68 ppm) tepat menepati rongga-rongga struktur permukaan oksida. Hal ini berbeda dari oksida besi yang bersifat berpori, tidak mampu melindungi bagian dalam logam besi sehingga korosi terus berlanjut. Untuk menaikkan ketahanan terhadap korosi, logam aluminium “dianodasi” artinya produk logam aluminium sengaja dilapisi dengan aluminium oksida secara elektrolisis. Aluminium yang dianodasi ini mempunyai ketebalan lapisan 0,01 mm dan lapisan oksida setebal ini mampu menyerap warna/zat warna sehingga permukaan logam dapat diwarnai. Pada proses “anodasi” ini, logam aluminium dipasang sebagai anoda, karbon/grafit sebagai katoda dan dipakai elektrolit larutan asam sulfat. Persamaan reaksi elektrolisisnya yaitu :
2Al (s) + 6 H2O (l) Al2O3 (s) + 6H2O+ (aq) + 6e
Pada katoda (reduksi) :
6H3O+ (aq) + 6e 6H2O (l) + H2 (g)




BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 9 Mei 2011
Pukul : 08.00 – 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah gelas kimia 400 mL, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 100 mL, volt meter, jepit aligátor, pemanas listrik, pembakar bunsen, labu ukur 100 mL, pipet skala 10 mL, bulp, cawan petri, pinset, botol semprot, batang pengaduk, kaca arloji,kaki tiga, kasa dan pipet tetes.


2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain amplas, aquades, deterjen, kawat tembaga, larutan FeCl3, larutan HCl 2M, larutan H2SO4 2M, larutan NaCl 0,1M dan lempeng aluminium.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini yaitu :
a. Membersihkan lempeng aluminium (Al), dengan kawat tembaga (Cu) dengan menggunakan kertas amplas.
b. Menimbang lempeng aluminium (Al) berukuran besar, tembaga (Cu) dan aluminium (Al) yang berukuran kecil untuk memperoleh berat logam tersebut sebelum dielektrolisis.
c. Memasukkan keping tembaga dalam gelas kimia yang telah dicelupkan dalam air panas dan deterjen.
d. Memasang rangkaian alat volt meter dengan penjepit aligator.
e. Memasukkan larutan asam sulfat (H2SO4) 3M ke dalam gelas kimia.
f. Kemudian menjepitkan logam tembaga (Cu) pada katoda (-) dan lempeng aluminium (Al) pada anoda (+).
g. Selanjutnya mencelupkan kedua logam yang telah dijepit dengan aligator ke dalam gelas kimia yang berisi asam sulfat (H2SO4) 3 M. Lalu menghitung nilai potensial (E) dari pasangan kedua logam tersebut melalui proses elektrolisis.
h. Setelah itu mencuci kedua logam tersebut dengan air panas, lalu mengeringkan kedua logam tersebut.
i. Setelah kedua logam kering, selanjutnya menimbang kedua logam tersebut agar dapat diketahui berat logam setelah proses elektrolisis.
j. Mengulangi prosedur di atas, dengan menggunakan larutan NaCl dan HCl.
k. Selanjutnya tembaga dimasukkan ke dalam larutan FeCl3 yang telah dipanaskan.
l. Diamkan selama 10 menit, kemudian ankat dan keringkan.
m. Amati perubahan warna yang terjadi.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Berat cawan porselin = 34,9811 gram
1. Untuk larutan NaCl 0,1 M:
a. Berat katoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,6811 gram
b. Berat katoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,7197 gram
c. Berat anoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,2036 gram
d. Berat anoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,3022 gram
e. Berat anoda tembaga (Cu) sebelum dielektrolisis = 1,4858 gram
f. Berat anoda tembaga (Cu) setelah dielektrolisis = 1,4834 gram

2. Untuk larutan HCl 2 M:
a. Berat katoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,7309 gram
b. Berat katoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,594 gram
c. Berat anoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,2398 gram
d. Berat anoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,3743 gram
e. Berat anoda tembaga (Cu) sebelum dielektrolisis = 1,4711 gram
f. Berat anoda tembaga (Cu) setelah dielektrolisis = 1,4721

3. Untuk larutan H2SO4 2 M:
a. Berat katoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,7371 gram
b. Berat katoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,7547 gram
c. Berat anoda aluminium (Al) sebelum dielektrolisis = 0,1803 gram
d. Berat anoda aluminium (Al) setelah dielektrolisis = 0,3743 gram
e. Berat anoda tembaga (Cu) sebelum dielektrolisis = 1,5234 gram
f. Berat anoda tembaga (Cu) setelah dielektrolisis = 1,4721 gram

4. Perubahan warna dalam FeCl3:
a. Anoda aluminium (Al) untuk larutan NaCl 0,1 M = abu-abu
b. Anoda tembaga (Cu) untuk larutan NaCl 0,1 M = coklat
c. Anoda aluminium (Al) untuk larutan HCl 2 M = abu-abu
d. Anoda tembaga (Cu) untuk larutan HCl 2 M = merah muda
e. Anoda aluminium (Al) untuk larutan H2SO4 2 M = abu-abu
f. Anoda tembaga (Cu) untuk larutan H2SO4 2 M = merah muda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar