Jumat, 01 Juli 2011

Reduksi besi (III)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, fotografi merupakan teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jika ditilik sejarahnya, fotografi pertama kali ditemukan pada tahun 1839 oleh Louis Daguerre, sebagai konsekuensi langsung perkembangan di bidang kimia dan optikal. Istilah fotografi pun berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti menulis dengan cahaya.
Fotografi telah menjadi bagian tak terelakkan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Bahkan, orang awam dapat berhadapan dengan seribu hasil fotografi tiap harinya, baik dalam bentuk foto, iklan dan di berbagai media massa sampai di pinggir jalan. Fotografi baru masuk dan berkembang di Indonesia, kira-kira setelah berkembang selama hampir satu abad di Barat, tepatnya pada seperempat akhir abad ke-19 sebagai alat dokumentasi. Dalam perjalanan perkembangan fotografi di Indonesia, kini ada gejala menarik yang diperlihatkan oleh anak-anak muda di negeri ini. Semakin banyak dari mereka yang tertarik pada bidang fotografi dan berusaha mendalaminya. Kemudian semakin banyak pula sekolah atau pelatihan fotografi yang mengajarkan para muridnya teknik-teknik dasar fotografi, seperti penguasaan kamera, penataan cahaya, dan proses cuci cetak foto.
Proses cuci cetak ini ternyata melibatkan reaksi kimia, yaitu reaksi reduksi besi (III) dengan garam oksalat dan bantuan cahaya. Lewat informasi inilah dilakukan praktikum ini untuk mempelajari reaksi tersebut lebih jauh.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap prosese reduksi garam besi (III) oksalat?

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap proses reduksi besi (III) oksalat.

D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengaruh cahaya terhadap proses reduksi garam besi (III) oksalat.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Meski dunia digital telah merambah hampir ke setiap bidang beberapa cara konvensional masih digunakan. Salah satunya bidang fotografi. Saat ini orang lebih banyak menggunakan fotografi digital karena teknologi telah membuatnya lebih mudah digunakan daripada fotografi konvensional. Dengan digital orang tidak perlu menggunakan film, repot dalam pencucian film dan pencetakan di atas kertas foto yang mahal. Namun fotografi konvensional yang menggunakan film seluloid agaknya belum akan ditinggalkan, terbukti dengan makin banyaknya produk-produk film baru di pasaran. Baik fotografi digital maupun konvensional memiliki prinsip yang sama yaitu membuat citra atau gambar yang ditangkap oleh sel-sel elektronis peka cahaya dan hasilnya bisa langsung dilihat pada layar monitor. Untuk fotografi konvensional, gambar ditangkap oleh film dan terjadi reaksi fotokimia. Setelah proses pencucian dan pencetakan baru dapat dilihat hasilnya.
Keterampilan cuci cetak dapat dipelajari dari aspek ilmiah, yakni dari sudut elektrokimia dan fotokimia. Apabila ion besi (II) (Fe2+) direaksikan dengan heksasiano ferrat (III), (Fe3+) maka akan terbentuk larutan biru. Besarnya pengaruh cahaya terhadap reduksi besi (III) (Fe3+) menjadi besi (II) (Fe2+) akan tampak sesuai dengan kepekatan warna biru yag terbentuk.
Film foto pada dasarnya merupakan emulsi perak halida (biasanya bromida AgBr) dalam gelatin. Bila film terkena cahaya, butiran perak bromida teraktifkan sesuai dengan tingkat cahaya yang mengenainya. Film yang telah terkena cahaya bila dimasukkan ke dalam larutan pengembang pereduksi lemah misalnya metol, amidol atau hidrokuinon C6H4(OH)2, butir perak bromida teraktifkan membentuk perak logam yang hitam. Semakin kuat intensitas cahaya, perak logam hitam yang terjadi semakin banyak. Begitu pula sebaliknya, Semakin lemah intensitas cahaya maka perak logam hitam yang terbentuk sedikit.
Proses ini menghasilkan bayangan foto. Selanjutnya perak bromida yang tak teraktifkan jika terkena cahaya, akan tereduksi menjadi logam perak hitam. Logam perak hitam yang terbentuk menghasilkan bayangan film. Agar bayangan film melekat pada film maka harus difiksasi (diikat). Pengikat (fikser) yang umum dipakai adalah natrium tiosulfat. Orang fotografi biasa menyebut hipo. Pada proses pengikatan terjadi reaksi sebagai berikut : AgBr (s) larut dalam larutan fikser terbentuk ion perak kompleks.
Meskipun film warna sudah menjadi bagian keseharian dalam dunia fotografi, namun era film hitam putih belum akan menjadi film langka yang perlu dilindungi. Dokumen-dokumen penting seperti rapor, ijazah, paspor, masih mensyaratkan penggunaan film hitam putih. Apalagi di daerah, film hitam putih masih banyak digunakan untuk KTP, SIM, dan sebagainya. Hal itu dimungkinkan karena proses pencetakannya yang relatif sederhana, bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Murah lagi! Membandingkan dengan kamera digital yang tanpa film dan tanpa proses cuci cetak, jelas kurang afdal.
Menyelusuri foto hitam putih, kita harus berterima kasih kepada para bapak bangsa Indonesia yang sejak awal abad ke-20 ini telah mengantarkan sampai Indonesia merdeka. Mereka mengimpikan, bagaimana sejarah bangsa Indonesia dapat diabadikan dan dikenang kembali ribuan tahun kemudian. Tentu kita akan sangat kecewa kalau apa yang diimpikan ternyata hanya dalam bilangan bulan, foto-foto perjuangan dan bersejarah masa lalu dan masa kini, mudah berubah menjadi kuning dan buram.
Pada proses cuci dan cetak film hitam putih, ternyata ada reaksi yang pernah/sedang kita pelajari, yakni reaksi oksidasi dan reduksi. Film hitam putih maupun kertas foto mengandung partikel-partikel perak bromida, AgBr yang tersebar pada lapisan tipis film/kertas foto. Apabila film/kertas foto terkena cahaya, akan terjadi reaksi :
AgBr AgBr*
Tanda * menyatakan AgBr tereksitasi oleh cahaya. Apabila film yang telah digunakan dan terkena cahaya tersebut dicuci dalam larutan pengembang (developer), akan terjadi reaksi :
2 AgBr *(s) + C6H6O2 (aq) 2 Ag(s) + 2 HBr (aq) + C6H4O2 (a)
Cairan pengembang C6H6O2 dalam bahasa kerennya disebut hidrokuinon, dalam hal ini bertindak sebagai zat pereduksi. Jadi dalam reaksi itu terjadi proses reaksi redoks.
Oksidasi :
C6H6O2 (aq) C6H4O2 (aq) + 2 H+ + 2 e-
Reduksi:
2 Ag+ + 2 e- 2 Ag (s)
Di samping hidrokuinon, dalam larutan pengembang perlu ditambahkan metol (N-metil-p-aminofenol sulfat). Metol berfungsi sebagai zat superaditif, yang efeknya tidak dapat digantikan dengan memberikan jumlah yang berlebih pada hidrokuinon yang sudah ada. Metol ini bertindak sebagai zat pereduksi juga. Aktivitas hidrokuinon dapat dipacu dengan menambahkan sedikit phenidone (1-phenyl-3-pyrazolidinone). Karena larutan pengembang/developer ini bekerja efektif pada lingkungan basa, maka kita perlu mencampurkan larutan potasium karbonat (atau sodium karbonat) sebagai aktivator untuk memperoleh lingkungan basa dengan pH pH 9,5 - 10,5; larutan sodium sulfit, sebagai pengawet dan potasium bromida sebagai restainer.
Film dipasang di bawah enlarger, lalu cahaya 100 watt dinyalakan. Akan tampak bayangan film itu di atas kertas. Kalau bayangan itu sudah tepat, matikan lampu dan ganti kertas dengan kertas cetak foto. Nyalakan kembali lampu selama sekian detik. Kertas foto kemudian dicelupkan pada larutan pengembang selama beberapa menit. Angkat, kemudian ganti celupkan ke dalam larutan stop batch untuk menghentikan reaksi.
Selanjutnya kertas foto itu dicelupkan pada larutan fixer, lalu kertas foto dibilas dengan air mengalir. Jadilah sebuah foto yang indah, yang kualitasnya bergantung pada lama pencahayaan, jauh dekatnya film dengan kertas foto, waktu pencelupan, kualitas kertas foto, usia pakai cairan, pembilasan, dan sebagainya, termasuk keterampilan operatornya.
Tahap akhir setelah fixing adalah pembilasan dengan guyuran air mengalir supaya terbentuk bayangan yang permanen. Proses pembilasan ini bertujuan membuang kompleks perak tiosulfat dan ion tiosulfat. Jika ion tiosulfat masih tertinggal pada film/kertas foto, maka zat ini akan bereaksi dengan perak yang sudah terbentuk foto/gambar, sehingga bayangan foto akan menjadi kecoklatan/kekuningan karena akan terbentuk noda-noda perak sulfida. Jadi pembilasan dengan air yang mengalir itu sangat perlu supaya kualitas foto/gambar menjadi prima.
S2O32- + 2 AgO SO32- + Ag2S
Tentu saja masih banyak keterampilan yang menunjang agar proses cuci cetak film hitam putih menjadi lebih indah, apalagi bila ditunjang dengan pengetahuan kimia untuk meramu zat pengembang/developer yang cocok dan mengontrol proses-proses yang terjadi.
Ion besi besi (III) (Fe3+) dapat direduksi oleh asam oksalat menjadi besi (II) (Fe2+). Pengaruh penyinaran terhadap pereksi ini sangat besar, karena adanya sinar akan mempercepat proses reduksi tersebut.
Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan.
Besi yang murni adalah logam berwarna putih – perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 15350C. jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida dan fulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat di magnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana di hasilkan garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Fe + 2 H+ à Fe2+ + H2
Fe + 2 HCl à Fe2+ + 2 Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi (III) dan belerang dioksida :
2 Fe + 3 H2SO4 + 6 H+ à 2 Fe3+ + 3 SO2 + 6 H2O
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi (II) dan ammonia :
4 Fe + 10 H+ + NO3- à 4 Fe2+ + NH4+ + 3 H2O
Asam nitrat pekat, dingin, terbentuk ion besi menjadi pasif, dalam keadaan ini, ia tidak bereaksi dengan asam nitrat encer dan tidak pula menderak tembaga dan larutan air suatu garam tembaga.
Unsur besi (Fe) dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung besi (III) oksida (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir silikon dioksida (SiO2) sekitar 10% serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan. Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3) dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset.
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang baik. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Garam besi (III) ini lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal.
Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama. Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam Mohr (NH4)2SO4. Fe(H2O)6 SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning cokelat bila dibiarkan dalam udara.
Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh FeII. Dengan adanya udara atau bila digunakan asam nitrat (HNO3) encer panas, sejumlah besi menjadi Fe (III). Asam klorida encer (HCl) atau pekat dan asam sulfat (H2SO4) encer melarutkan besi, dimana akan dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hidrogen. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat teroksidasi menghasilkan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini hancur dan membiarkan permukaan logam yang baru terbuka. Pemisahan besi dilakukan dengan mereduksi besi oksida menggunakan kokas dalam tanur. Besi yang diperoleh mengandung 95% Fe dan 3-4% O, serta sedikit campuran besi kasar lantakan (pigiron). Besi tuang diperoleh dengan menuangkan besi kasar dan rapuh dan hanya digunakan jika tidak menahan getaran mekanik atau panas misalnya pada mesin dan rem. Suatu bahan yang digunakan dalam proses peleburan besi yaitu biji besi, batu kapur (CaCO3) dan kokas (C). Semua bahan ini dimasukkan dari atas menara. Pada bagian bawah dipompakan udara yang mengandung oksigen. Salah satu kereakitfan besi yang merugikan secara ekonomi adalah korosi, penyebabnya adalah udara dan uap air membentuk besi (III) dioksida (Fe2O3). Bilangan oksidasi besi adalah +2 dan +3, tetapi umumnya besi (II) lebih mudah teroksidasi spontan menjadi besi (III). Oksidasi besi yang telah dikenal adalah FeO, Fe2O3 dan Fe3O4. Oksidasi FeO sulit dibuat karena terdisproporsionasi menjadi Fe dan Fe2O3.
Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3), dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset.
Besi (III) (Fe3+) mengadopsi geometri oktahedro, tetapi ligan ion klorida dapat menghasilkan geometr tetrahedron ion tetrakloroferat(III) [FeCl4]- yang berwarna kuning dan dapat diisolasi dari penambahan HCl pekat ke dalam larutan heksaaquaferat (III) [Fe(H2O)6] 3+ menurut persamaan rekasi:
[Fe(H2O)6] 3+(aq) + 4 Cl-(aq) [FeCl4]- (aq) + 6H2O
Uji adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan penambahan larutan ion heksasianoferat (II) [Fe(CN)6]4-, terjadinya endapan biru Prusian besi (III) heksasianoferat (II) Fe4[Fe(CN)6]3 membuktikan adanya ion besi (III):
4Fe3+(aq) + 3 [Fe(CN)6]4-(aq) Fe4[Fe(CN)6]3(s)
Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk kepentingan pembuatan tinta, cat, termasuk pigmen cetak biru. Uji adanya ion besi (III) yang paling sensitif adalah dengan menambahkan kalium tiosianat [K2(SCN)]- terjadinya warna merah darah ion pentaaquatiosianattobesi (III) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ membuktikan adanya ion besi (III):
[Fe(H2O)6] 3+(aq) + SCN- [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O(l)
Warna ini sangat sensitif, mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit pengotor ion besi (III) dapat terdeteksi.
Adapun sifat-sifat dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat dalam udara lembab dengan terbentuknya karat (Fe2O3.nH2O), yang tidak melindungi besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka daripada itu besi ditutup lapisan dengan logam zat–zat yang lain seperti timah, nikel, seng dan lain–lain sedangkan bila dipijarkan di udara besi akan membentuk Fe2O3 (ferri oksida) dan menggerisik serta jika suatu besi tidak termakan oleh basa, besi dapat larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida dengan membentuk H2, asam sulfat pekat tidak memakan besi.
Besi(III) klorida atau feri klorida adalah suatu senyawa kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut.
Logam besi mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksida tampa udara, diperoleh Fe2+. Dengan adanya udara atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe3+. Medianpengoksidasi yang sangat kuat seperti HNO3 pekat atau asam-asam yang mengandung dikromat membuat besi pasif
Besi(III) klorida bereaksi dengan cepat terhadap oksalat membentuk kompleks [Fe(C2O4)3]3−. Garam-garam karboksilat lainnya juga membentuk kompleks, seperti sitrat dan tartarat. Besi(III) klorida adalah agen oksidator yang sedang, mampu mengoksidasi tembaga(I) klorida menjadi tembaga(II) klorida. Agen pereduksi seperti hidrazin dapat mengubah besi(III) klorida menjadi kompleks dari besi(II).
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH.Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, dan Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl.[10] Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl− adalah basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna. Asam klorida dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ke dalam air. Hidrogen klorida dapat dihasilkan melalui beberapa cara. Produksi skala besar asam klorida hampir selalu merupakan produk sampingan dari klorida diproduksi dalam bentuk larutan 38% HCl (pekat). Konsentrasi yang lebih besar daripada 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun laju penguapan sangatlah tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus dilakukan dalam suhu rendah. Konsentrasi HCl yang paling optimal untuk pengantaran produk adalah 30% sampai dengan 34%. Kandungan asam klorida pada kebanyakan cairan pembersih umumnya berkisar antara 10% sampai dengan 12%. Cairan pembersih tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kalium dikromat (VI) seringkali digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi(II) dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternatif penggunaan larutan kalium permanganat(VII).
Berikut ini keuntungan dan kerugian dalam penggunaan kalium dikromat(VI).
1. Keuntungan:
a. Kalium dikromat(VI) dapat digunakan sebagai standar primer. Hal ini berarti bahwa kalium dikromat(VI) dapat dijadikan sebagai larutan stabil yang konsentrasinya diketahui dengan tepat. Hal ini tidak terjadi pada kalium permanganat(VII).
b. Kalium dikromat(VI) dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan ion klorida (selama ion klorida tidak berada pada konsentrasi yang sangat tinggi).
c. Kalium manganat(VII) mengoksidasi ion klorida menjadi klorin; kalium dikromat(VI) tidak benar-benar cukup kuat sebagai agen pengoksidasi. Hal ini berarti bahwa kita tidak akan mendapatkan reaksi yang tidak diinginkan dengan larutan kalium dikromat (VI).
2. Kerugian:
a. Kerugian yang paling utama adalah pada perubahan warna. Titrasi kalium manganat(VII) menunjukkan kalium dikromta sendiri. Ketika penyetaraan larutan kalium manganat(VII) pada reaksi, larutan menjadi tidak berwarna.
b. Jika penambahan telalu banyak, larutan menjadi merah muda dan telah melewati titik akhir. larutan kalium dikromat(VI) berubah menjadi hijau pada saat dimasukkan ke dalam reaksi, dan tidak dapat dilakukan pengamatan warna lagi karena terjadi sangat cepat.
Diamonium fosfat (rumus kimia (NH4)H2PO4, nama iupac diamonium fosfat hidrogen ) adalah salah satu dari serangkaian larutan garam ammonium fosfat yang dapat dihasilkan ketika ammonia bereaksi dengan asam fosfat. Diamonium fosfat solid menunjukkan tekanan disosiasi amonia seperti yang diberikan oleh reaksi berikut:
(NH4) 2HPO4 (s) NH3 (g) + (NH4)H2PO4 (s)
Pada 100 º C, tekanan disosiasi fosfat diamonium adalah sekitar 5 mmHg.
Diamonium fosfat digunakan sebagai pupuk. Bila diterapkan sebagai makanan tanaman, untuk sementara meningkatkan pH tanah, tapi selama jangka panjang tanah diperlakukan menjadi lebih asam dari sebelumnya pada nitrifikasi amonium tersebut. Hal ini kompatibel dengan kimia alkali karena ion amonium lebih mungkin untuk mengkonversi ke amonia dalam lingkungan pH tinggi.
Diamonium fosfat dapat digunakan retardant api Diamonium fosfat menurunkan suhu pembakaran bahan, mengurangi tingkat penurunan berat badan maksimum, dan menyebabkan peningkatan produksi residu atau char .Ini adalah efek yang penting dalam menghentikan kebakaran hutan dengan menurunkan suhu pirolisis dan meningkatkan jumlah char terbentuk bahwa mengurangi jumlah bahan bakar yang tersedia dan dapat mengarah pada pembentukan sebuah firebreak. Ini adalah komponen terbesar dari beberapa produk pemadam kebakaran populer komersial. Diamonium fosfat juga digunakan sebagai nutrisi ragi dalam Anggur dan menyeduh madu; sebagai aditif dalam beberapa merek rokok konon sebagai penambah nikotin; untuk mencegah sisa-sisa cahaya dalam pertandingan, dalam memurnikan gula; sebagai Flux untuk timah solder, tembaga, seng dan kuningan , dan untuk mengontrol pengendapan koloid pewarna wol
















BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah seagai berikut :
Hari/Tanggal : Senin/ 20 Juni 2011
Waktu : Pukul 08.00- 11.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Gelas kimia 300 ml 3 Buah
b. Gelas kimia 250 mL 2 buah
c. Pinset 3 Buah
d. Pipet 10 mL 1 buah
e. Pipet skala 5 ml 2 buah
f. Bulp 1 buah
g. Kaca preparat 18 buah
h. Botol semprot 1 buah

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Asam klorida (HCl) 0,1M
b. Asam oksalat (H2C2O4) 0,2 M
c. Aquadest (H2O)
d. Besi (III) klorida (FeCl3) 0,2 M
e. Diamonium hidrogen fosfat (NH4)2HPO4 0,2 M
f. Kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ) 0,1 M
g. Kalium bikromat (KHCr2O7) 0,03 M
h. Kertas karton.
i. Kertad hvs
j. Kertas karkir
k. Tinta cina

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mencampurkan 10 mL Asam oksalat (H2C2O4) 0,2 M dengan 5 mL Diamonium hidrogen fosfat (NH4)2HPO4 0,2 M dalam gelas piala 300 mL.
2. Menyimpan gelas piala tersebut di dalam kamar gelap atau lemari yang agak gelap
3. Menambahkan 10 mL Besi (III) klorida (FeCl3) 0,2 M ke dalam campuran di atas lalu aduk hingga reaksi sempurna. Penambahan dilakukan di dalam kamar gelap. Larutan ini mengandung besi (III) oksalat (Fe2(C2O4)3)
4. Menyiapkan 4 helai kertas HVs/ karton putih dan mencelupkan kertas tersebut ke dalam larutan pekat besi (III) oksalat, mengusahakan agar seluruh permukaan kertas basah dengan larutan. Langkah ini juga dilakukan didalam kamar gelap.
5. Masih dikamar gelap, mengeluarkan kertas yang basah tadi dan meletakkan satu persatu diantara dua buah kertas saring, agar kering. Membiarkan sekitar 15-20 menit. Jika menginginkan hasil cetakan yang tajam, kertas harus dikeringkan semalam dalam kamar gelap agar cetakan tak mengembang.
6. Setelah kertas kering, digunakan sebagai kertas peka cahaya.
7. Membuat dari rumah suatu negative pada kertas karkir yang ukurannya sama dengan kertas peka, dengan menuliskan pesan menggunakan tinta cina atau rugos.
8. Meletakkan negatif di atas lagi dengan jepitan jemuran atau selotip. Setelah itu melatakkan dibawah sinar matahari atau cahaya biasa.
9. Waktu penyinaran untuk cetakan normal adalah 4-5 menit dengan sinar matahari langsung dan waktu mencetak tidak memegang keping kaca tetapi meletakkan di atas tempat datar.
10. Setelah itu mencelupkan kertaspeka ke dalam larutan Kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ) 0,1 M dalam gelas piala 300 mL, mengusahakan seluruh permukaan kertas tercelup.
11. Mengeluarkan kertas dan mencelup lagi dalam larutan Kalium bikromat (K2HCr2O7) 0,03 M
12. Mencuci kertas dengan larutan asam klorida ( HCl) 0,1 M kemudian dengan aquadest. Menggunakan kertas peka lainnya untuk obyek yang sama tetapi waktu penyinaran yang berbeda. Membandingkan hasilnya.
13. Menyerahkan hasil berupa kertas nama dan nomor pokok.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1.Tabel Pengamatan
Waktu penyinaran
(menit) Hasil
5
10
15
25 Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

2. Warna Larutan
a. Asam oksalat (H2C2O4) = tak berwarna
b. Asam klorida (HCl) = tak berwarna
c. Besi (III) klorida (FeCl3) =kuning
d. Diamonium hidrogen fosfat (NH4)2HPO4 = tak berwarna
e. Kalium bikromat (KHCr2O7) = kuning
f. Kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ) = kuning

B. Reaksi
H2C2O4 + (NH4)2HPO4  (NH4)2C2O4 + H2HPO4
(NH4)2C2O4 + FeCl3  (Fe)2(C2O4)3 + NH4Cl
Fe 3+ + e-  Fe 2+
Fe2 (C2O4)3  FeC2O4

C. Pembahasan
Pada percobaan ini, perlakuan pertama yaitu menyiapkan dua jenis kertas yaitu kertas HVS atau kertas karton yang digunakan sebagai kertas peka cahaya dan kertas karkir yang akan berfungsi menjadi film negatif dan diberi tulisan atau gambar sebagai bahan yang akan dicetak. Adapun penggunaan tinta cina yang digunakan karena tinta cina memiliki partikel yang sangat rapat sehingga cahaya tidak menembus.
Pada percobaan ini, kertas HVS atau kertas karton yang telah dibuat kemudian direndam dalam larutan asam oksalat (H2C2O4), yang terjadi reaksi redoks mengubah larutan dari bening menjadi kuning. Besi (III) yang akan direduksi berasal dari larutan FeCl3 (besi (III) klorida). Larutan ini kemudian dicampur dengan larutan diamonium hidrofosfat (NH4)2HPO4 dan disimpan dalam ruang gelap agar tidak terjadi oksidasi. Fungsi penambahan diamonium hidrofosfat (NH4)2HPO4 ini adalah untuk memperlambat reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang terjadi sangat cepat oleh pengaruh cahaya. Reaksi yang terjadi, yaitu:
FeCl3 + (NH4)2HPO4 → FePO4 + HCl + 2NH4Cl
Perlakuan selanjutnya yaitu dengan mendiamkan kertas selama beberapa menit untuk memaksimalkan penyerapan kertas terhadap larutan, setelah pengeringan kertas karkir yang telah berisi tulisan atau pesan dirangkai dengan kertas peka yang kemudian keduanya dijepit oleh dua buah kaca obyek. Penjepitan dilakukan agar proses pemindahan obyek dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya dilakukan penyinaran yang akan mempercepat proses reaksi redoks yang sebelumnya dihambat, dimana dilakukan variasi penyinaran, sesuai dengan tujuan yang ingin dilihat, bagaimana pengaruh penyinaran terhadap proses cuci cetak biru. Setelah dilakukan penyinaran. Kertas dicelup dengan larutan kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ), kalium bikromat (K2HCr2O7) dan asam klorida (HCl) serta aquadest (H2O) secara berurutan. Tujuan dari pencelupan pada kalium ferri sianat (K3Fe(CN)6 ) dan kalium bikromat (K2HCr2O7) berfungsi untuk memperjelas besi (III) yang tereduksi dan yang tidak tereduksi, adapun Asam klorida (HCl), berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kertas yang mengganggu peoses percetakan dan yang terakhir aquadest yang berfungsi membentuk kompleks dengan besi (III) dengan molekul air sebagai ligannya. Perlakuan terakhir dengan melakukan pengeringan yang bertujuan agar hasil cetakan terlihat jelas.
Hasil dari percobaan yang dilakukan mulai dari 5 menit, 10 menit, 15 menit maupun 25 menit adalah negatif yang ditandai dengan tidak terbentuk warna biru pada pada kertas HVS atau kerttas karton yang merupakan tempat reduksi besi (III) menjadi besi (II) kepekaan warna biru yang dihasilkan tergantung dari lamanya waktu penyinaran. Hal ini dapat disebabkan oleh proses pengeringan tinta pada kertas kalkir belum sepenuhnya kering dan pembuatan kertas peka yang tidak sesuai yaitu diruangan yang tidak begitu gelap sehingga masih terdapat cahaya yang menyebabkan terjadinya oksidasi.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa lama penyinaran tidak berpengaruh terhadap proses reduksi garam besi (III) oksalat

B. Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya percobaan ini menggunakan dua tempat penyinaran yang berbeda antara cahaya biasa dan cahaya matahari langsung agar dapat dibandingkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Asam klorida”. Wikipedia the free Encyclopedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Asam Klorida, (18 Juni 2011).

Anonim. “Asam oksalat”. Wikipedia the free Encyclopedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Asam oksalat, (18 Juni 2011).

Anonim. “Belajar Fotografi”. 2010. http://www.pikiran-rakyat.com. (19 Juni 2012).

Anonim. “Besi (III) klorida”. Wikipedia the free Encyclopedia. http://id.wikipedia.org/wiki/ Besi (III) Klorida, (18 Junil 2011).

Anonim. “Diamonium Fosfat”. Wikipedia free Encylopedia. http://id.wikipedia.org/wiki/asamklorida. (18 Juni 2011).

Anonim. “Krom”http://www.chem-is-try.org/materi_kimia_anorganik. (25 Juni 2011).

Anonim. “Melukis Dengan Cahaya”. 2010. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia- indra3.pdf (18 Juni 2011).

Cotton. F dan Wilkinson. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press. 1989.

ed. Sugiarto, Kristian H. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2003.

HS, Syamsidar. Penunutun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar. 2011.

Subiyakto, Markus G. “Kimia dan Fotografi Hitam Putih”. 2010. http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf (19 Juni 2011).

Syabatini, Annisa. “karakteristik besi”, 26 Desember 2008, http://www.besi.co.ig/annisa / id (18 Juni 2011).

Syabtini, Annisa. “Garam Mohr”. 02 november 2009. http://www.com//tag/kimia (18 Juni 2011).

Svehla, G. Analitik Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Havery Indah. 1985.
LEMBAR PENGESAHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar