Jumat, 01 Juli 2011

pembuatan DO, COD dan BOD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agae tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain.
Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Ketika air mengembun diudara dan jatuh dipermukaan bumi, air tersebut telah menyerap debu atau melarutkan oksigen, karbon dioksida dan berbagai jenis gas lainnya. Air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya, selain itu sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbon dioksida akan larut ke dalamnya. Oleh karena itu terdapat kesukaran dalam menjelaskan sifat-sifat kimia dari perairan. Kapasitas air untuk menerima protein disebut Alkalinitas.
Dalam pengolahan air limbah industri dikenal 3 parameter utama yaitu: 1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), 2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan 3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Untuk lebih mengetahui mengenai Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), 2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan 3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD), maka dilakukanlah perfcobaan ini.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan nilai oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) pada air sampel.
Bagaimana perbandingan hasil yang diperoleh dengan nilai standar oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dalam air bersih.

C. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan nilai oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) pada air sampel.
Untuk membendingkan hasil yang diperoleh dengan nilai standar oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dalam air bersih.

D. Manfaat Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dari oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD).
Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan dari nilai standar oksigen terlarut (DO), Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) dan Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dalam air bersih.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minum sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber harus dipelihara.
Air merupan suatu persentawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom (O), secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan-bahan dan energi dikandung didalamnya merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air. Pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di dalamnya, yaitu:
Dengan sifat-sifat fisikanya yaitu sebagai medium tempat hidup tumbuh-timbuhan dan hewan.
Dengan sifat-sifat kimianya sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlikan bagi pembentukan bahan-bahan organik oleh tumbuh-tumbuhan dengan produksi primernya.
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinakama cyckus hydrologie. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada dipermukaan akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angi, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur di atas makin rendah yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian akan mengalir ke dalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan berkurang dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat air ini. Jika air tersebut ke luar pada permukaan bumi, maka air ini disebut dengan mata air. Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat yang rendah (cekung) maka air akan b ekumpul membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini. Sumber-sumber air meliputi air laut, air atmosfir, air permukaan dan air tanah.
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung NaCl. Kadar garam NaCl dalam ait laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
Air hujan dalam keadaan bersih, sangat murni karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabakan oleh kotoran-kotoran industry atau debu dan lain sebagainya. Maka unyuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum, hendaknya pada saat menempung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur mauoun bak-bak reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Air hujan ini juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bacteriologie. Setelah mengalami suatu mengotoran, pada suatu saat air permukaan tersebut akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat melalui proses berikut, udara yang mengadung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada sifat dan banyaknya pengotor serta kadar oksigen yang larut.
Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minium pada umumnya dapat mencukupi.
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion.
Air yang diperlukan untuk industri diambil dari sumber asli yang kemudian digunakan untuk berbagai tujuan. Kira-kira 70% dari seluruh air industri digunakan untuk pendinginan ketel uap tekanan tinggi (17,2 Mpa atau lebih). Setiap industri mempunyai persyaratan pengolahan airnya sendiri, misalnya untuk pencucian tekstil kesadahannya harus nol agar tidak terjadi pengendapan sabun kalsium dan magnesium pada pakaian. garam kalsium, magnesium dan besi dapat menyebabkan terjadinya pengendapan yang tidak dikehendaki pada saat pewarna dalam industri. Pengolahan air harus diatur sesuai dengan rencana penggunaan air. Istilah pelunakan softening digunakan untuk proses yang menghilangkan atau mengurangi kesadahan air. Sedangkan air pemurnian purification, berbeda dari pelunakan yaitu menghilangkan bahan-bahan organik dan mikroorganisme dari air. Klasifikasi kadang-kadang amat penting dan digunakan bersamaan dengan pengendapan dalam proses pelunakan air.



Dalam pengolahan air limbah industri dikenal tiga parameter utama yaitu: 1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), 2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan 3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Di dalam lingkungan bahan organik banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, lemak yang membentuk organism dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh mahkluk hidup. Secara normal bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P dan Fe. Senyawa-senyawa organik umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi stabil antara lain CO2, NO3 dan H2O. Proses inilah yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan menurun dan hal ini menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik. Untuk menyatakan kandungan zat-zat organik dalam perairan dilakukan dengan pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan tersebut sehingga menjadi senyawa yang stabil.


Oksigen terlarut adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupannya. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atsmosfer (udara) yang masuk kedalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 % kurang daripada danau pada permukaan laut.
konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam air laut berfariasi, mulai dari nol sampai 10 ppm air laut. alas an penentuan oksigen terlarut dalam ekositem perairan menjadi penting untuk mendapatkan gambaran tentang proses biokimia yang terjadi. penentuan oksigen terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan elektroda memran selektif untuk molekul oksigen.
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara. Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya.
Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air. Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana (CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk.
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air.
Bahan-bahan yang dapat dioksidasi banyak ditemukan dalam perairan tercemar dan untuk itu digunakan sejumlah oksigen pada keadaan baku selama aksi biokimia secara aerob untuk menguraikan bahan organik tersebut. Penentuan jumlah oksigen relative antara konsentrasi oksigen terlarut saat sampling dilakukan (DO-0) dan setelah diinkubasi selama x hari (DO-x).

BOD penting untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak zat organik, makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen. Beberapa kelemahan uji BOD:
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya.
2. Uji BOD perlu waktu yang cukup lama minimal 5 hari.
3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD.
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya ada germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik,sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.
Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
Ada lima jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD:
1. Proses nitrifikasi dapat mulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2-10 hari
2NH4 + 3O2 → 2NO2- + 4H+ + 2H2O
2NO2- + O2 → 2NO3
Nitrifikasi perlu oksigen. Seringkali nitrifikais tidak terjadi karena suhu 10oC atau karena air sungai yang tercemar telah sampai ke muara sehingga nitrifikasi pada botol BOD tidak berlaku.
2. Zat beracun dapat memeperlambat pertumbuhan bakteri (memperlambat reaksi BOD) bahkan membunuh organisme tersebut.
3. Kemasukan/keluarnya oksigen dari botol selama inkubasi harus dicegah. dengan ditutup hati-hati (di atas tutup botol bisa diberi air/waterseal).
4. Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan bakteri. Sehingga sebaiknya setiap botol BOD ditambah dengan nutrient secukupnya.
5. Karena benih dari bermacam-macam bakteri dapat berkurang jumlahnya atau kurang cocok bagi air buangan maka pembenihan harus dilakukan dengan baik.
Chemical Oxygen Deman (COD) atau kebutuhan oksigen, yaitu oksigen secara kimiawi dengan menggunakan kalium bikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat. Cara ini digunakan untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air buangan dan perairan alami. Kandungan oksigen yang digunakan untuk menghancurkan bahan organik diukur oleh besarnya penggunaan zat oksidator kuat, K2Cr2O7 dalam suasana asam dcengan katalis perak sulfat. COD umumnya lebih besar dari BOD karena jumlah senyawanya lebih besar dari pada BOD, karena jumlah senyawa kimia yang bisa dioksidasi secara kimia lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologi.



















BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin/10 April 2011
Pukul : 08.00 – 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Buret asam 50 mL 1 buah
Kompor listrik 1 buah
Botol winker 1 buah
Gelas kimia 400 mL 2 buah
Erlenmeyer 250 mL 2 buah
Gelas ukur 50 mL 1 buah
Pipet skala 10 mL 1 buah
Pipet skala 5 mL 1 buah
Botol semprot 1 buah
Bulp 1 buah
Corong 1 buah
Klem 1 buah
Statif 1 buah
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah:
Aquadest (H2O)
Air sampel
Aluminium foil
Asam oksalat (H2C2O4)
Asam sulfat (H2SO4) pekat
Indikator kanji
Kalium permanganat (KMnO4)
Larutan alkali-iodida-azida
Mangan sulfat (MnSO4) 4 N
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,02 N

C. Prosedur Kerja
Uji DO
Memasukkan sampel dalam botol winker dan tutup dengan cermat hingga tidak ada gelembung udara.
Membuka tutup botol, kemudian menambahkan MnSO4 40 % dan diamkan beberapa saat.
Menambahkan 2 mL alkali-iodida-azida dan biarkan beberapa saat hingga terbentuk endapan cokelat.
Memindahkan isi botol ke dalam erlenmeyer tertutup 250 mL lalu kocok.
Menambahkan 2 mL asam sulfat (H2SO4) pekat hingga melarut kembali.
Menitrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,02 N hingga berwarna kuning muda.
Menambahkan indikator amilum dan melanjutkan titrasi hingga warna biri tepat hilang.
Catat volume titrasi
Uji COD
Memasukkan 100 mL sampel ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian menambahkan 5 mL asam sulfat (H2SO4) dan 10 mL KMnO4
Panaskan hingga mendidih
Menambahkan 10 mL asam oksalat.
Menitrasi dengan KMnO4 dalam keadaan panas, perubahan warna terjadi bila bining menjadi merah muda.
Catat volume titrasi.




Uji BOD
Memasukkan sampel dalam botol winker lalu tutu pagar tidak terjadi gelembung udara.
Inkubasi sampel dalam botol pada suhu 20oC diruang gelap salam 3-5 hari.
Tentukan DO-5 sesuai dengan cara penentuan oksigen terlarut (DO).



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Oksigen Terlarut (DO)
Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
Sampel air dalam botol winker
Tambah MnO2
tambah alkali-iodida-azida
Tambah H2SO4
Titrasi dengan Na2S2O3
Tambah indikator kanji
Titrasi dengan Na2S2O3
2,6 Ml Bening

Bening
Bening
Cokelat
Kuning muda
Biru
Bening

2. Tabel Chemical Oxygen Demand (COD)
Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
Sampel air dalam botol winker
Tambah H2SO4
Tambah KMnO4 ↑
Tambah asam oksalat
Titrasi dengan KMnO4
4,4 mL Bening

Bening
Ungu
Bening
Merah muda

3. Tabel Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Zat yang bereaksi Hasil pengamatan
Sampel air dalam botol winker
Tambah MnO2
tambah alkali-iodida-azida
Tambah H2SO4
Titrasi dengan Na2S2O3
Tambah indikator kanji
Titrasi dengan Na2S2O3
2,6 mL Bening

Bening
Bening
Cokelat
Kuning muda
Biru
Bening


B. Reaksi
1. Oksigen Terlarut (DO)
Mn2+ + O2 → MnO4
MnSO4 + 2KOH → Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + 1/2ยบ2 → MnO2 + H2O
MnO2 + 2I- + 4H+ → Mn2+ + I2 + 2H2O
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
5C¬2O42- + 2MnO4- +16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

C. Perhitungan
1. Oksigen Terlarut (DO)
Dik: volume Na2S2O3 = 2,6 mL
[Na2S2O3] = 0,02 N
volume sampel = 100 mL
Penyelesaian:
DO (mL/L) = ((mL ×N)titran ×8 ×1000)/(mL sampel)
= (2,6 mL ×0,02 grek/mL ×8 ×1000 mg/grek)/(300 mL)
= 8,32 mL/L
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Dik: volume KMnO4 = 2,1 mL
[KMnO4] (B) =
[asam oksalat] (C) = 0,01 N
Penyelesaian:
COD (mL/L) = ((10+A)×B-(10×C)×31,6×1000)/(mL sampel)
= ((10+4,4 mL)+0,05 N-(10×0,05N)×31,6×1000)/(100 mg/L)
= (14,4 mL×0,05 N-0,5 N×31,6×1000)/(100 mg/L)
= 69,52 mg/L
3. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Dik: DO-0 = 8,32 mL/L
DO-5 = 6,72 mL/L
BOD (mL/L) = (DO-0)-(DO-5)
= (8,32 mL/L) – (6,72 mL/L)
= 1,6 mL/L

D. Pembahasan
Air merupakan suatu persentawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom (O), secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan-bahan dan energi dikandung didalamnya merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air.
Dalam pengolahan air limbah dikenal tiga parameter utama yaitu: 1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), 2) Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan 3) Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Pada percobaan ini bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah aquadest (H2O), air sampel, aluminium foil, asam oksalat, indikator kanji, (KMnO4), larutan alkali-iodida-azida, (MnSO4) 40% dan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,02 N.
Pada uji Dissolved Oxygen (DO) perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel. Kemudian menambahkan larutan MnSO4 dalam botol yang berisi sampel dengan cara memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terpercik, penambahan MnSO4 berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan alkali-iodida-azida dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali-iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisdator karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa saat hingga terbentuk endapan cokelat. Setelah terbentuk endapan cokelat, larutan kemudian dipindahkan kedalam erlenmeyer kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berwarna kuning muda kemudian menabahkan indikator kanji hingga berwarna biru. Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat I2 yang ada pada larutan alkali-iodida-azida. Selajutnya titrasi dilakukan hingga warna biru tepat hilang, volume natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang diperoleh adalah 2,6 mL. Dari hasil perhitungan diperileh jumlah DO pada sampel sebesar 8,32 mL/L.
Sedangkan pada uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang dilakukan yaitu memasukkan sampel ke dalam erlenmeyar, kemudian menambahkan asam sulfat (H2SO4) dan KMnO4 pada larutan sehingga lrutan berubah warna menjadi ungu, kemudian menaskan larutan hingga mendidih dalam beberapa menit. Selanjutnya menambahkan asam oksalat hingga larutan berubah warna menjadi bening lalu larutan dititrasi dengan menggunakan KMnO4 dalam keadaan panas. Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi sebesar 4,4 mL. Dari hasil perhitungan diperileh jumlah COD pada sampel sebesar 69,53 mL/L.
Dan yang terakhir yaitu uji Biologycal Oxygen Demand (BOD). Cara pengambilan sampelnya sama seperti pada uji Dissolved Oxygen (DO), perbedaannya yaitu sampel diinkubasi dalam ruangan gelap selama beberapa hari. Kemudian barulah dilakukan penambahan pereaksi yang sesuai pada uji Biologycal Oxygen Demand (BOD) sebelumnya. Volume volume natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan sebesar 2,6 mL, bedasarkan pehitungan BOD yang diperoleh adalah1,6 mL/L.
















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini ialah:
1. Pada uji Dissolved Oxygen (DO) diperoleh hasil nsebesar 4,16 mL/L.
2. Pada uji Chemical Oxygen Demand (COD)
3. Pada uji Biologycal Oxygen Demand (BOD) diperoleh hasil sebesar 0,16 mL/L.

B. Saran
Saran untuk percobaan ini ialah sebaiknya peralatan yang dipelukan dilengkapi agar lebih mempermuda dalam pelaksanaan praktikum.










DAFTAR PUSTAKA


Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Jakarta: Andi Yogyakarta. 2004.

Alimah, Nur. Kimia Lingkungan. Makassar: Sekolah Menengah Analisis Kimia makassar. 2006.

Amirullah, Ismail Marzuki. Biokimia Kesehatan edisi 1. Makassar: Pustaka As- salam. 2009.

HS, Syamsidar. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: UIN Alauddin. 2011.

Kesadahan Air. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air, (15 Juni 1011).

Parameter Pengolahan Air Limbah Industri. 2011, http://majarimagazine.htm. (15 Juni 2011).

Sari, Evi Juwita. Penentuan kadar Sulfat Dalam Air Bersih Secara Spektrofotometri UV- VISIBLE Di Perumahan PT.Inalum. Medan: Universditas Sumatra Utara. 2008.

Uji DO dan BOD. 2009. http://dodanbod_rangminang.htm. (15 juni 2011).











LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Penentuan DO, COD dan BOD”, yang disusun oleh:
Nama : Nurfitriani
Nim : 60500108013
Kelompok : III (Tiga)
telah diperiksa dengan teliti oleh asisten / koordinator asisten, maka dinyatakan diterima.
Samata, Juni 2011
Koordinator Asisten Asisten

( Anna Handayani. S.Si ) ( Kurnia Ramadani. S.Si )



Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab



( SYAMSIDAR HS, S.T.,M.Si )
Nip:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar